Jumat, 29 April 2011

PESTISIDA NABATI (MIMBA)


Agar pengendalian yang dilakukan dapat memberikan hasil yang memuaskan, maka Geier (1966) cit. Pedigo (1991) mengemukakan empat persyaratan berikut :
(1) pengendalian hama harus selektif terhadap hama yang dikendalikan.
(2) Bersifat komprehensif dengan sistem produksi
(3) Kompatibel dengan prinsip-prinsip ekologi
(4) Bersifat toleran terhadap spesies yang potensial dapat merusak tanaman tetapi masih dalam batas-batas yang secara ekonomis dapat diterima.
            Mengacu pada persyaratan tersebut, maka oleh para akhli perlindungan tanaman pengertian Pengendalian Hama kemudian dipertajam menjadi Konsepsi Pengelolaan Hama dengan memasukan komponen lingkungan secara eksplisit, yaitu bahwa Pengendalian Hama adalah Pengelolaan Hama yaitu pendekatan yang komprehensif dalam pengendalian hama dengan menggunakan kombinasi berbagai cara untuk menurunkan status hama sampai tingkatan yang dapat ditoleransikan sementara qualitas lingkungan dapat tetap terjaga dengan baik.

Manfaat Insektisida tumbuhan
            Pengendalian menggunakan pestisida tumbuhan/nabati yang akrab lingkungan, disebut demikian karena bahan kimia nabati ini dapat mudah terurai, dapat dibuat oleh petani karena bahan baku tersedia disekitar lokasi, dan harga pembuatan yang terjangkau. Kelemahan pestisida nabati adalah:
1. Daya tahan yang singkat (sangat mudah berubah/terurai), oleh karena itu volume aplikasi harus direncanakan dengan cermat agar efisien,
2. Konsentrasi larutan yang dihasilkan masih tidak konsisten karena sangat tergantung pada tingkat kesegaran bahan baku.
3. Diperlukan standar pengolahan untuk tiap tanaman dan standar aplikasi penggunaan bagi pengendalian OPT.

Mimba (Azadirachta indica)
            Tanaman ini telah lama dikenal dan mulai banyak digunakan sebagai pestisida nabati menggantikan pestisida kimia. Tanaman ini dapat digunakan sebagai insektisida, bakterisida, dan fungisida. Senyawa aktif yang dikandung terutama terdapat pada bijinya yaitu azadirachtin, meliantriol, salannin, dan nimbin. Tanaman ini dapat mengendalikan OPT seperti : Helopeltis sp,; Empoasca sp.; Tungau jingga (Erevipalpis phoenicis), ulat jengkal (Hyposidra talaca), Aphis gossypii, Epilachna varivestis, Fusarium oxyporum, Pestalotia, sp.; Phytophthora sp.; Heliothis armigera, pratylenchus sp.; Nilaparvata lugens, Dasynus sp.; Spodoptera litura, Locusta migratoria, Lepinotarsa decemlineata, palnoccocus citri, Agrotis ipsilon, Callosobruchus chinensis, Alternaria tenuis, Carpophilus hemipterus, kecoa, Crysptolestes pussillus, Corcyra cephalonnomia, Crocidolomia binotalis, Dysdercus cingulatus, Earias insulana, Helycotylenchus sp.; Meloidogyne sp.; Musca domestica, Nephotettix virescens, Ophiomya reticulipennis, Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, Sitophilus sp.; Sogatella furcifera, Tribolium sp.; tungro pada padi, Tylenchus filiformis.
            Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan:
1. Biji nimba dikupas / daun dimba ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 20 – 25 gram/l;
2. Endapkan selama 24 jam kemudian disaring agar didapat larutan yang siap diaplikasikan;
3. Aplikasi dilakukan dengan cara disemprotkan atau disiramkan;
4. Sedangkan untuk pengendalian hama gudang dilakukan dengan cara membakar daun atau batang hingga didapatkan abu, lalu sebarkan/ letakkan didekat sarang atau dijalur hama tersebut mencari makan.

Sabtu, 02 April 2011

Pengendalian Hayati dan Patogen Tanaman


Pengendalian Hayati dan Patogen Tanaman 

1. Banyak jenis tanaman asing (eksotik) yang masuk ke lokasi geografi baru tanpa disertai dengan musuh alaminya. Tanpa kehadiran musuh alaminya, tanaman eksotik akan leluasa mengkolonisasi habitat buatan dan/atau alami sehingga menjadi hama atau gulma (tanaman pengganggu). Adalah tepat jika gulma didefinisikan sebagai tanaman yang berada di tempat yang salah atau tanaman yang tidak diinginkan keberadaanya di suatu tempat.
2. Agen pengendali hayati gulma yang paling sering digunakan adalah serangga herbivora. Serangga herbivora dapat memakan berbagai bagian tanaman. Serangga mungkin pula merusak tanaman dengan melubangi batang atau akar ketika meletakkan telurnya. Serangga herbivora dapat pula mengendalikan gulma dengan jalan mentransmisikan penyakit (patogen) tanaman.
3. Serangga herbivora yang digunakan sebagai agen pengendali hayati harus spesifik, sehingga hanya menekan populasi gulma tanpa berpengaruh buruk terhadap tanaman yang berguna.
4. Pengendalian hayati kaktus Opuntia inermis dan O. stricta dengan menggunakan ngengat Cactoblastis cactorum di Australia sekitar tahun 1926-1935 adalah satu di antara beberapa keberhasilan pengendalian hayati gulma dengan serangga yang sangat spektakuler.
5. Keberhasilan pengendalian hayati gulma di suatu tempat tidak selalu dapat diulangi di tempat lain. Ngengat Cactoblastis, misalnya ternyata kurang berhasil ketika digunakan untuk mengendalikan kaktus Opuntia di Afrika Selatan.
6. Organisme lain yang juga berpotensi sebagai agen pengendali hayati gulma adalah patogen (kapang dan bakteri) dan ikan herbivora. Keberhasilan penggunaan kapang karat diperlihatkan pada kasus pengendalian gulma kerangka di Australia Tenggara. Kecuali dengan menggunakan serangga dan kapang, pengendalian gulma air dapat pula dilakukan dengan memakai ikan koan (Ctenopharyngodon idella) triploid yang steril.
7. Pengendalian hayati terhadap penyakit tanaman melibatkan penggunaan agen pengendali kapang dan bakteri untuk menyerang dan mengendalikan patogen tanaman serta penyakit yang ditimbulkannya. Mekanisme pengendalian hayati penyakit tanaman meliputi penggunaan mikroorganisme antagonis, pesaing, hiperparasit, perangsang mekanisme pertahanan alami inang, dan pemodifikasi lingkungan.
8. Penerapan antagonis dapat dilakukan dengan cara memberikannya pada bagian-bagian tanaman yang luka karena pemangkasan, melapisi benih tanaman, bahkan dengan memasukkannya ke dalam malam (wax) yang dipakai dalam proses packing. Inokulasi tanaman inang dengan antagonis telah pula digunakan untuk melawan patogen umum.
Strategi Pengendalian Hayati Gulma
1. Pengendalian hayati gulma adalah suatu pilihan jika kita tidak harus menyingkirkan, membasmi, atau membunuh gulma secara cepat. Secara keseluruhan, penggunaan musuh alami untuk mengendalikan gulma akan lebih murah daripada herbisida. Program yang sukses akan menghasilkan biaya yang efisien, pengelolaan gulma yang berkelanjutan, dan tanpa atau hanya mempunyai pengaruh minimal terhadap tanaman bukan target dan lingkungan.
2. Pengendalian hayati gulma dapat dilakukan dengan melepaskan agen pengendali ke tempat-tempat tertentu. Setelah itu agen pengendali diharapkan akan menyebar sendiri. Pengendalian hayati gulma dengan cara ini merupakan sebuah pendekatan ekologis atau pendekatan klasik dan biasanya bekerja baik pada sistem yang relatif stabil.
3. Pengendalian hayati gulma dapat pula dilakukan dengan cara membanjiri populasi gulma target dengan agen pengendali. Pengendalian hayati dengan cara ini harus disertai dengan teknologi perbanyakan agen pengendali. Agen pengendali yang dipakai biasanya tidak bisa mapan dan karena itu harus diulang aplikasinya. Pengendalian hayati dengan cara ini pada dasarnya adalah suatu pendekatan teknologi.
4. Ada pula pengendalian hayati gulma dengan cara konservasi dan pengendalian berspektrum lebar. Kedua pendekatan ini masing-masing merupakan pendekatan yang bersifat ekologi dan teknologi.
5. Beberapa langkah dalam program pengendalian hayati gulma dengan pendekatan ekologi atau pengendalian hayati klasik adalah
a. identifikasi gulma target,
b. identifikasi agen pengendali dan penilaian tingkat kekhususan inang,
c. pelepasan terkendali,
d. pelepasan penuh dan identifikasi tempat pelepasan yang optimal,
e. pemantauan tempat pelepasan,
f. pendistribusian ke tempat lain, dan
g. pemeliharaan populasi agen pengendali.
6. Masa depan pengendalian hayati gulma sangatlah optomis. Di Indonesia, peluang yang tersedia untuk pengendalian hayati gulma relatif tidak terbatas. Mikroorganisme patogen tanaman menawarkan peluang yang luar biasa besar untuk
pengendalian hayati gulma. Untuk gulma di bidang pertanian, perkebunan, atau tempat-tempat lain yang sering terganggu karena intervensi manusia, pengendalian hayati dengan menggunakan mikoherbisida sangatlah menjanjikan. Penggunaan fitotoksin adalah pendekatan lain yang dapat digunakan untuk mengendalikan gulma.
Tujuan dan Pendekatan Pengendalian Hayati
1. Ada tiga tujuan dari pengendalian hayati, yaitu reduksi, pencegahan, dan penundaan.
2. Reduksi populasi hama dilakukan setelah hama mencapai tingkat yang menimbulkan masalah. Dengan reduksi, populasi hama diharapkan dapat berkurang ke tingkat yang cukup rendah sehingga hama tidak lagi menimbulkan masalah dalam jangka waktu yang lama.
3. Pencegahan dalam pengendalian hayati dimaksudkan untuk menjaga populasi hama potensial agar tidak mencapai tingkat luka ekonomi (TLE). Pencegahan membutuhkan intervensi awal sebelum hama potensial berkembang mencapai atau melewati TLE.
4. Pada penundaan, populasi hama dapat berkembang ke tingkat yang tinggi, tetapi terjadi ketika serangga tidak lagi dianggap sebagai hama karena berada di luar jendela waktu. Penundaan perkembangan hama membutuhkan intervensi awal sebelum populasi hama potensial mencapai atau melewati TLE.
5. Tiga pendekatan dalam pengendalian hayati adalah importasi atau yang disebut pula dengan sebutan pengendalian hayati klasik, augmentasi, dan konservasi.
6. Pendekatan importasi melibatkan introduksi musuh alami (pemangsa, parasitoid, dan patogen) eksotik, dan umumnya digunakan untuk melawan hama eksotik pula. Pendekatannya didasarkan pada pemahaman bahwa makhluk hidup yang tidak disertai dengan musuh alami asli akan lebih bugar (fit) dan akan lebih melimpah dan lebih mampu bersaing daripada yang menjadi subjek pengendalian alami. Untuk mengendalikannya perlu dicarikan musuh alami yang efektif di tempat asalnya.
7. Praktek augmentasi didasarkan pada pengetahuan atau asumsi bahwa pada beberapa situasi jumlah individu atau jenis musuh alami tidak cukup memadai untuk mengendalikan hama secara optimal. Oleh karena itu, untuk meningkatkan efektivitas pengendalian hama, jumlah musuh alami perlu ditambah melalui pelepasan secara periodik. Ada dua pendekatan augmentasi, yaitu inokulasi sejumlah kecil musuh alami dan inundasi (membanjiri) dengan jumlah yang besar, tergantung pada tujuannya.
8. Pengendalian hayati konservasi pada dasarnya adalah melindungi, memelihara, dan meningkatkan efektivitas populasi musuh alami yang sudah ada di suatu habitat. Konservasi merupakan pendekatan paling penting jika kita ingin memelihara populasi musuh alami, baik asli maupun eksotik, di dalam ekosistem pertanian.
9. Manipulasi genetik telah memberikan harapan besar untuk meningkatkan keampuhan musuh alami. Manipulasi genetik musuh alami serangga dapat dilakukan untuk meningkatkan resistensi terhadap pestisida, meningkatkan toleransi terhadap iklim, meningkatkan kemampuan menemukan inang, mengubah preferensi inang, meningkatkan sinkronisasi dengan inang, meningkatkan fekunditas, dan mengin-duksi reproduksi thelytoky. Sampai saat ini, hanya seleksi buatan terhadap musuh alami saja yang berhasil dilakukan. Potensi heterosis dan teknologi rDNA masih belum dipraktekkan.
Hubungan Taksonomi dan Pengendalian Hayati
1. Taksonomi adalah komponen sistematik yang khusus mempelajari teori dan praktek klasifikasi. Ahli taksonomi melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan identifikasi, deskripsi, penamaan, dan klasifikasi makhluk hidup.
2. Nama ilmiah jenis hama dan musuh alami harus dapat diidentifikasi dengan akurat sebelum program pengendalian hayati hama diterapkan. Nama ilmiah merupakan kunci untuk membuka jendela informasi seluas-luasnya mengenai makhluk hidup yang akan digunakan dalam pengendalian hayati.
3. Klasifikasi makhluk hidup hanyalah bersifat sementara dan menjadi subjek terhadap perubahan, khususnya ketika ditemukan taksa dan karakter-karakter baru.
4. Karakter taksonomi didefinisikan sebagai atribut sebuah takson untuk membeda-kannya atau potensial membedakannya dari lainnya. Karakter tersebut digunakan untuk membangun klasikasi dan mengidentifikasi taksa. Karakter taksonomi dapat dikategorikan sebagai morfologi, fisiologi, molekuler, ekologi, reproduksi, dan perilaku.
5. Tidak ada perbedaan nilai antara karakter morfologi dan biologi. Jika digunakan dengan tepat keduanya akan dapat mengekspresikan perbedaan genetik yang sangat bernilai dalam klasifikasi dan identifikasi. Hal yang paling ideal adalah membuat korelasi antara karakter biologi yang baru dengan satu atau lebih perbedaan morfologi yang ada untuk lebih melihat variasi di antara jenis-jenis yang ada.
6. Karakter biologi lebih umum digunakan pada tingkat jenis. Sifat biologi yang dicari adalah yang spesifik untuk tujuan pemisahan atau identifikasi jenis. Karakter biologi yang paling sering digunakan untuk membedakan jenis serangga entomofagus kriptik adalah karakter ekologi, perilaku, dan reproduksi.
7. Hubungan antara pengendalian hayati dan taksonomi bersifat timbal balik. Keduanya saling membutuhkan informasi yang diperoleh dari pekerjaan yang telah dilakukan oleh masing masing pihak.

hama tanaman padi


Hama tanaman padi
Yang disebut hama tanaman padi adalah jenis binatang yang memakan dan atau menghisap zat makanan tanaman padi sehingga terjadi kerusakan yang mengakibatkan kerugian. Hama tanaman padi meliputi Tikus, Ulat tanah, Ulat Grayak, Penggrek batang, Nematoda, Anjing tanah, Uret, Kutu akar padi, Ganjur, Pengorok daun, Wereng coklat, Wereng hijau, Walang sangit, Kepik, Ulat Mythimna separata

Tikus (Rattus rattus argentiventer)
Tikus ini berwarna hitam di sepanjang tubuh, betina mempunyai 6 pasang kelenjar susu.
Kebiasaan tikus ini adalah mengerat, meskipun tanaman padi belum berbuah, tetapi dapat rusak karena dikeret oleh tikus. Menyerang di pesemaian, masa vegetatif, masa generatif, masa panen, tempat penyimpanan. Tikus pandai berenang, menyelam, meloncat, memanjat, menjatuhkan diri dari tempat tinggi, sebagai binatang malam. Tikus betina sekali melahirkan antara 4 – 12 ekor anak.
Pengendalian dengan pemasangan Umpan beracun ( waktu yang tepat adalah saat bero, waktu semai, masa vegetatif)
Racun Antikoagulan, yaitu racun yang mematikan tikus setelah makan umpan 3 -5 hari kemudian. Jenis racun ini misalnya Klerat RM, Warfarin, Dipacin, Tomorin, Racumin.
Racun akut, yaitu racun yang mematikan setelah tikus makan umpan beberapa jam kemudian, kelemahannya tikus menjadi jera kalau melihat temannya mati. Jenis racun ini misalnya Zinkphosphide.
Lakukan gropyokan dengan mengerahkan para petani untuk memburu, membunuh semua tikus dengan cara membongkar sarang tikus.
Jika tidak serentak dilakukan dengan besar-besaran di suatu hamparan sawah maka tidak efektif. Waktu yang tepat melakukan gropyokan adalah pada saat lepas panen.

Lakukan emposan atau fumigasi yaitu dengan cara membakar campuran belerang dan merang atau sabut kelapa kedalam lubang tikus. Sebelum lakukan penyumbatan pada setip lubang yang menghadap keluar dari petakan sawah. Setelah merang dan sabut kelapa terbakar bersama belerang maka lakukan peniupan agar semua terbakar, yang lebih praktis adalah menggunakan alat emposan. Setelah selesai maka tutup semua lubang, maka tikus akan mati dalam beberapa menit. Saat yang tepat melakukan fumigasi yaitu pada masa generatif.

Lakukan pemasangan perangkap dengan bubu pada setiap jarak tertentu di sepanjang pinggir persawahan.

Penanaman padi secara serentak bermanfaat agar tikus tidak memusat pada suatu areal pertanaman.



Ulat tanah(Agrotis ipsilon)
Ordo Lepidoptera, famili Noctuide. Ulat berwarna hitam, pupa berwarna cokelat kehitaman dan imago berwarna abu-abu, sayapnya cokelat. Imago betina selama hidupnya mampu bertelur hingga 1800 telur. Pada siang hari ulat bersembunyi di dalam tanah dan aktif menyerang tanaman pada sore dan malam hari.
Pengendalian ulat ini diarahkan pada cara bercocoktanam yang lebih baik seperti pengolahan tanah yang intensif sehingga mampu menekan kehidupan larva dan pupa.



Ulat grayak (Spodoptera mauritia, S.Litura, S.Exigua, S.Exempta)
Termasuk Ordo Lepidoptera, famili Noctuidae.
Ulat grayak sering disebut dengan ulat tentara (army worm). Telur berkelompok hingga 400 butir dan ditutup dengan lapisan lilin berwarna cokelat keabu-abuan. Setiap imago betina mampu produksi telur hingga 1500 butir. Larva berwarna hijau dengan garis putih di sepanjang tubuhnya. Semakin dewasa garis berubah menjadi cokelat kehitaman. Pupa berwarna cokelat kehitaman dan berada didalam tanah. Perkembangan telur hingga menjadi ngengat selama satu bulan.
Pengendalian dilakukan dengan pengolahan tanah yang baik, irigasi yang baik, membersihkan gulma disekitar tanaman. Penggunaan insektisida berupa insektisida sistemik atau insektisida racun perut.



Penggerek batang padi
Penggerek batang padi bergaris

(Chilo supressalis)
Larva berwarna abu-abu, kepala kuning, garis ungu disepanjang tubuh, ngengat berwarna seperti jerami.

(Chilo polychrysus)
Larva berwarna putih dan terdapat lima garis abu-abu – ungu disepanjang tubuhnya. Ngengat berwarna keperakan pada seyapnya, ngenget betina mapu bertelur hingga 200 telur.

Penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas)
Larva berwarna kuning, ngengat betina berwarna kuning dan ngengat jantan berwarna cokelat abu-abu dengan ukuran lebih kecil dari betina.
Penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata)
Penggerek batang padi jingga (Sesamia inferens)

Lalat bibit (Atherigona exigua, A. Oryzae)
Lalat bibit meletakkan telur pada pelepah daun padi pada senja hari.
Telur menetas setelah dua hari dan larva merusak titik tumbuh. Pupa berwarna kuning kecoklatan terletak di dalam tanah. Setelah keluar dari pupa selama 1 minggu menjadi imago yang siap kawin. Hama ini menyerang terutama pada kondisi kelembaban udara tinggi. Pengendaliannya diutamakan pada penanaman varitas yang tahan.

Nematoda
Indonesi belum pernah dilaporkan adanya serangan Nematoda yang menghebohkan. Nematoda yang merusak tanaman padi adalah Aphelenchoides besseyi, Ditylenchus angustus, Hirachmanniella Radhopholus, Hirachmanniella Rotylenchus.

Anjing tanah (Gryllotalpa hirsuta atau Gryllotalpa africana)
Anjing tanah juga disebut orong-orong hidup dibawah tanah yang lembab dengan membuat terowongan. Hama ini juga memakan hewan-hewan kecil (predator), tetapi tingkat kerusakan tanaman lebih besar dari pada manfaatnya sebagai predator. Nimfa muda memakan humus dan akar tanaman, imago betina sayapnya berkembang setengah, yang jantan dapat mengerik di senja hari. Pengendaliannya diarahkan pada pengolahan tanah yang baik agar terowongan rusak.

Uret (Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri)
Uret adalah larva serangga berordo Coleoptera famili Melolonthidae, uret yang merusak tanaman padi terdiri dari spesies Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri
Perkembangan hidup ketiga uret tersebut sama yaitu dari telur – larva (uret) – pupa – imago (kumbang).
Kumbang hanya makan sedikit daun-daunan dan tidak begitu merusak dibanding uretnya. Pengendalian diarahkan pada sistem bercocok tanam yang baik agar vigor tanaman baik.

Kutu akar padi (Tetraneura nigriabdominalis)
Kutu akar padi berwarna kuning dengan kaki hitam, kutu bergerombol pada akar padi atau pangkal batang padi menghisap cairan tanaman.

Ganjur (Orseolia oryzae)
Hama ganjur sejenis lalat ordo Diptera. Ngengat betina hanya kawin satu kali seumur hidupnya, bertelur antara 100-250 telur.
Telur berwarna coklat kemerahan dan menetas setelah 3 hari. Larva makan jaringan tanaman diantara lipatan daun padi, pertumbuhan daun padi jadi tidak normal. Pucuk tanaman menjadi kering dan mudah dicabut. Masa larva selama 6 – 12 hari. Siklus hidup keseluruhan 19 – 26 hari.
Pengendalian diarahkan pada penanaman varietas yang resisten, penggenangan areal pertanaman sesudah panen agar pupanya mati.
Parasit Platygaster oryzae (Hymenoptera, Scelionidae), penggunaan insektisida tidak dianjurkan karena tidak efisien.

Pengorok daun
Pengorok daun memakan jaringan daun yang terdapat di antara epidermis atas dan bawah daun, seperti membuat terowongan.
Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) dan hama putih palsu (Cnaphalocrosis medinalis)
Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) menyerang daun padi sejak dipesemaian hingga dilapang. Daun padi yang telah dikorok menjadi putih, tinggal kerangka daunnya saja, ngengat berwarna putih dengan benang-benang cokelat pada bagian sayapnya sehingga sering disebut hama putih. Ngengat betina dapat hidup 8 hari dan menghasilkan telur kira-kira 50 telur. Larva bersifat semi aquatik, memanfaatkan air sebagai sumber oksigen. Larva membuat gulungan/kantung dari daun padi kemudian menjatuhkan diri ke air. Larva berwarna hijau, perkembanga sampai menjadi pupa 14 – 20 hari. Stadia pupa 4 – 7 hari.
Pengendalian dengan cara meniadakan genangan air pada pesemaian sehingga larva tidak dapat memanfaatkan air sebagai sumber oksigen. Lalat Tabanidae dan semut Solenopsis gemitata merupakan musuh alami.

Wereng coklat (Nilaparvata lugens)
Termasuk ordo Homoptera, famili Delphacidae. Perkembangan hidupnya telur – nimfa – imago. Serangga perusaknya nimfa dan imago, nimfa mengalami 5 kali ganti kulit (5 instar). Stadia nimfa berlangsung kira-kira 30 hari. Imago betina dapat bertelur hingga 600 telur, yang diletakkan berjajar 5 – 30 telur per kelompok. Tanaman muda yang terserang akan menguning dan mati, tanaman tua pertumbuhannya akan merana dan bulir padi akan hampa. Wereng coklat menghisap cairan tanaman sehingga pada tanaman padi yang terserang secara luas terlihat gejala terbakar (hopper burn) yang sering disebut puso.
Pengendalian diutamakan dengan menanam varietas yang resisten, pengaturan pola tanam, penanaman secara serentak, rotasi tanaman secara serentak. Pembakaran sisi tanaman dapat memutus siklus hidup wereng coklat.
Penggunaan insektisida dilakukan jika populasi wereng sudah 5 ekor atau lebih per rumpun tanaman yang berumur kurang 40 hari, populasi 20 ekor per rumpun tanaman yang berumur lebih 40 hari.
Pestisida nabati berupa daun sirsak segar 250 gr, diremuk ditambah 0,5 lt air. Saring dan penggunaannya di tambah air 13 lt. Contoh insektisida yang dapat digunakan adalah Regent 80 WG, Applaud 10 WP, Virtako 300 EC.



Wereng hijau(Nephotettix spp)
Termasuk ordo Homoptera famili Jassidae (cicadellidae) Perkembangan hidupnya telur – nimfa – imago.
Imago meletakkan telurnya berkelompok hingga 25 telur. Produksi telur dapat mencapai 200 telur. Nimfa muda berwarna putih kemudian berangsur-angsur menjadi hijau. Wereng hijau terutama menyerang daun tetapi tidak berarti, hanya saja wereng hijau berperan sebagai vektor penyakit virus tungro dan penyakit mikoplasma kerdil kuning.
Pengendalian diutamakan dengan menanam varietas yang resisten, pengaturan pola tanam, penanaman secara serentak, rotasi tanaman secara serentak. Pembakaran sisi tanaman dapat memutus siklus hidup wereng coklat.
Penggunaan insektisida dilakukan jika populasi wereng sudah 5 ekor atau lebih per rumpun tanaman yang berumur kurang 40 hari, populasi 20 ekor per rumpun tanaman yang berumur lebih 40 hari.
Pestisida nabati berupa daun sirsak segar 250 gr, diremuk ditambah 0,5 lt air. Saring dan penggunaannya di tambah air 13 lt.
Contoh insektisida yang dapat digunakan adalah Regent 80 WG, Applaud 10 WP, Virtako 300 EC

Walang sangit(Leptocoriza oratorius)
Serangga betina menghasilkan 100-200 telur diletakkan pada daun bendera. Nimfa berwarna hijau berangsur-angsur menjadi coklat. Mengalami ganti kulit 5 kali. Stadia nimfa mencapai 27 hari. Imago dapat hidup hingga 115 hari.
Baik nimfa maupun imago melakukan serangan dengan cara menghisap cairan buah, menyebabkan buah jadi hampa. Bekas tusukannya berwarna bercak putih dan lama-kelamaan menjadi coklat atau hitam karena ditumbuhi cendawan Helminthosporium. Pengendalian dengan melakukan penanaman serentak, atau penyemprotan insektisida.

Kepik (Nezara viridula)
Kepik menyerang buah padi tetapi kerusakan yang ditimbulkannya sangat kecil. Jika dilakukan pengendalian dengan insektisida maka tidak efisien.

Ulat Mythimna separata
Ulat ini juga disebut ulat tentara seperti ulat Spodoptera Litura (ulat grayak). Ulat ini menyerang daun dan bulir padi.
Lakukan penyemprotan dengan salah satu obat hama seperti Decis 2,5 EC, Curacron 500 EC, Orthene 75 Sp, Match 50 EC, Hostathion 40 EC.

Hama tanaman CABAI


Selalu saja ada hama pada setiap tanaman dan apabila dibiarkan akan merusak juga akan merugikan secara ekonomi. Inilah daftar nama hama yang sering dijumpai pada tanaman Cabai dan juga cara pengendaliannya.


Kutu daun persik (Myzus persicae)
Kutu daun persik memiliki alat tusuk isap, biasanya kutu ini ditemukan dipucuk dan daun muda tanaman cabai. Ia mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga dan bagian tanaman yang lain sehingga daun jadi keriting dan kecil warnanya brlang kekuningan, layu dan akhirnya mati. Melalui angin kutu ini menyebar ke areal kebun. Efek dari kutu ini menyebabkan tanaman kerdil, pertumbuhan terhambat, daun mengecil. Kutu ini mengeluarkan cairan manis yang dapat menutupi permukaan daun akan ditumbuhi cendawan hitam jelaga sehingga menghambat proses fotosintesis. Kutu ini juga ikut andil dalam penyebaran virus.
Pengendalian dengan cara menanam tanaman perangkap (trap crop) di sekeliling kebun cabai seperti jagung.
Kendalikan dengan kimia seperti Curacron 500 EC, Pegasus 500 SC, Decis 2,5 EC, Hostation 40 EC, Orthene 75 SP.

Thrips/kemreki (Thrips parvispinus)
Hama ini berukuran sangat kecil dan lembut. Ketika muda berwarna kuning dan dewasa kecokelatan dengan kepala hitam. Didaun terdapat titik-titik putih keperakan bekas tusukan, kemudian berubah menjadi kecokelatan. Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung ke atas. Thrips sering bersarang di bunga, ia juga menjadi perantara penyebaran virus. sebaiknya dihindari penanaman cabai dalam skala luas dapa satu hamparan.
Dengan pergiliran tanaman adalah langkah awal memutus perkembangan Thrips.
Pengendalian dengan memasang perangkap kertas kuning IATP (Insect Adhesive Trap Paper), dengan cara digulung dan digantung setinggi 15 Cm dari pucuk tanaman.
Gunakan pengendalian dengan insektisida secara bijaksana. Yang dapat dilih antara lain Agrimec 18 EC, Dicarzol 25 SP, Mesurol 50 WP, Confidor 200 SL, Pegasus 500 SC, Regent 50 SC, Curacron 500 EC, Decis 2,5 EC, Hostathion 40EC, Mesurol 50 WP. Dosis penyemprotan disesuaikan dengan label kemasan.

Kutu daun kapas (Aphis gossypi)
Sewaktu muda kutu ini berwarna putih, kemudian dewasa menjadi hijau kehitaman. Hama ini mengisap cairan tanaman. Daun yang terserang berubah keriput. Pertumbuhan terhambat dan kalau dibiarkan tanaman bisa mati.Kutu dewasa membentuk sayap dan terbang ke tempat lain. Kutu ini menghasilkan embun jelaga berwarna hitam yang mengganggu proses fotosintesis, juga menjadi perantara penyebaran virus.
Kendalikan dengan Curacron 500 EC, Pegasus 500 SC,

Pengorok daun (Liriomyza spp)
Hama ini bersifat polifag, menyerang hampir semua jenis tanaman. Gejala serangan tampak pada daun ukir-ukiran seperti batik, ini terjadi karena larva mengorok jaringan di dalam daun.
Pengendalian dengan Agrimec18 EC, Trigard.

Ulat grayak (Spodoptera litura).
Daun bolong-bolong pertanda serangan ulat grayak. Kalau dibiarkan tanaman bisa gundul atau tinggal tulang daun saja. Ia juga memakan buah hingga berlubang akibatnya cabe tidak laku dijual.
Pengendalian dengan cara mengumpulkan telur dan ulat-ulat langsung membunuhnya.
Jaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama dan pergiliran tanaman. Pasang perangkap ngengat UGRATAS, dengan cara dimasukkan kedalam botol bekas air mineral ½ liter yang diberi lubang kecil sebagai sarana masuknya kupu jantan. Karena UGRATAS adalah zat perangsang sexual pada serangga jantan dewasa dan sangat efektif untuk dijadikan perangkap.Jika terpaksa atasi serangan ulat grayak dengan Decis 2,5 EC, Curacron 500 EC, Orthene 75 Sp, Match 50 EC, Hostathion 40 EC, Penyemprotan kimia dengan cara bergantian agar tidak terjadi kekebalan pada hama.



Tungau / tengu / mite (Polyphagotarsonemus latus Bank dan Tetranyhus innabarinus Boisd)
Tanda kehadiran tungau ini adalah adanya warna cokelat mengkilap di bagian bawah daun. Sedang pada daun bagian atasnya ada dijumpai bercak kuning. Hama ini menyerang daun yang mengakibatkan daun menjadi kaku dan melengkung ke bawah. Pucuk daun seperti terbakar, tepi daun keriting. Kutu ini juga menyerang bunga, pentil dan buah. Tungau berukuran sangat kecil dan bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag). Serangan yang berat terutama pada musim kemarau, menyebabkan cabai tumbuh tidak normal dan daun-daunnya keriting.
Pengendalian dapat dilakukan dengan insektisida seperti Omite 57 EC, Apollo 500 SC, Mitisun 570 EC, Merothion 500 EC, Sterk 150 EC, Mitac 200 EC, Curacron 500 EC, Agrimec 18 EC, Pegasus 500 EC.

Lalat buah (Dacus ferrugineus Coquillet atau Dacus Dorsalis Hend)
Lalat ini menusuk pangkal buah cabe yang terlihat ada bintik hitam kecil bekas tusukan lalat buah untuk memasukkan telur.
Buah yang terserang akan menjadi bercak-bercak bulat, kemudian membusuk, dan berlobang. Setelah telur menetas jadi larva (belatung) dan hidup di dalam buah sampai buah rontok dan membusuk larva akan keluar ke tanah dan seminggu kemudian berubah menjadi lalat muda.
Lakukan pergiliran tanaman untuk memutus rantai perkembangan lalat. Kumpulkan semua buah cabai yang terserang dan musnahkan. Kendalikan dengan perangkap metil eugenol yang sangat efektif dengan cara memasukkan metil eugenol dalam kapas ke botol bekas air mineral yang telah diolesi minyak goreng, atau diberi air.
Gantungkan perangkap di pingir kebun.
Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan Buldok, Lannate, Tamaron, Curacron 500 EC.

Bertanam Padi Gogo Dilahan PMK


PENDAHULUAN

Asal-usul padi budidaya diperkirakan berasal dari daerah lembah Sungai Gangga dan Sungai Brahmaputra dan dari lembah Sungai Yangtse. Di Afrika, padi Oryza glaberrima ditanam di daerah Afrika barat tropika.
Padi pada saat ini tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh di hampir semua bagian dunia yang memiliki cukup air dan suhu udara cukup hangat. Padi menyukai tanah yang lembab dan becek. Sejumlah ahli menduga, padi merupakan hasil evolusi dari tanaman moyang yang hidup di rawa. Pendapat ini berdasar pada adanya tipe padi yang hidup di rawa-rawa (dapat ditemukan di sejumlah tempat di Pulau Kalimantan), kebutuhan padi yang tinggi akan air pada sebagian tahap kehidupannya, dan adanya pembuluh khusus di bagian akar padi yang berfungsi mengalirkan udara (oksigen) ke bagian akar. Beberapa tipe padi:

Padi gogo: Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo, suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah. Budidaya padi lahan kering, dikenal manusia lebih dahulu daripada budidaya padi sawah. Di Lombok dikembangkan sistem padi gogo rancah, yang memberikan penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga hasil padi meningkat.

            Padi rawa: Padi rawa atau padi pasang surut tumbuh liar atau dibudidayakan di daerah rawa-rawa. Selain di Kalimantan, padi tipe ini ditemukan di lembah Sungai Gangga. Padi rawa mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti perubahan kedalaman air yang ekstrem musiman.

Jumlah penduduk yang semakin besar mengakibatkan kebutuhan pangan juga meningkat. Terjadinya perubahan fungsi lahan untuk pertanian menjadi non pertanian menyebabkan semakin menurunnya produksi bahan pangan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan pangan, pertanian di lahan kering merupakan salah satu alternatif yang potensial untuk dikembangkan. Padi gogo merupakan salah satu tanaman pangan yang berpotensi untuk dikembangkan. Pada tahuntahun mendatang peranan padi gogo dalam penyediaan gabah nasional menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena semakin berkurangnya areal persawahan dan adanya indikasi pelandaian peningkatan laju produksi padi sawah, sedangkan tingkat pertumbuhan penduduk cukup tinggi (Saaludin, 1993).

Negara produsen padi terkemuka adalah Republik Rakyat Cina (31% dari total produksi dunia), India (20%), dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia yang diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia). Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%). Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Bangladesh (4%), dan Brazil (3%).Produksi padi Indonesia pada 2006 adalah 54 juta ton , kemudian tahun 2007 adalah 57 juta ton.

Kerajaan:
Divisi:
(tidak termasuk)
(tidak termasuk)
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
O. sativa


Oryza sativa

 

A.    POTENSI LAHAN KERING

Pengertian lahan kering adalah lahan yang pengairannya bergantung pada
turunnya hujan atau lahan yang tidak memperoleh pengairan teknis ataupun setengah teknis. Termasuk dalam pengertian ini adalah lading, tanah tegalan, pekarangan, padang alang – alang, padang gembalaan, semak – semak dan lahan kritis.
            Dilihat dari segi iklim, lahan kering dibedakan menjadi lahan keringg beriklim basah serta lahan kering beriklim kering. Lahan kering beriklm basah ditandai dengan curah hujan lebih dari 2.200 mm pertahun dengan penyebarannya relati merata. Lahan kering ini kebanyakan didominasi tanah podosolik merah kuning ( PMK ) yang kondisi kesuburannya rendah. Lahan kering beriklim basah terdiri dari lahan kering tipe A dengan jumlah bulan basah di atas  bulan dan lahn kering bertipe B dengan jumlah bulan basah antara 7 – 9 bulan. Adapun lahan kering beriklim kering mempunyai curah hujan antara 1.000 – 1.500 mm pertahun selama 3 – 4 bulan dengan penyebaran yang tidak teratur.

B.     HAMBATAN BERTANAM PADI DI LAHAN KERING

Bertanam padi di lahan kering bukannya tidak mempunyai hambatan. Cukub
banyak masalah yang ada. Hal ini karena keterbatasan yang dimiliki lahan. Lahan kering di Indonesia kebanyakan jenis tanah podosolik merah kuning ( PMK ) dengan kondisi yang bergelombang, mudah tererosi, miskin unsure hara, tingkat kemasamannta tinggi, serta bahan organic yang ada mudah sekali turun kadarnya jika lahan tersebut diusahakan. Akibat tingkat kesuburan lahan cendrung terus turun dari waktu ke waktu. Selain itu padi gogo yang ditanam sering menunjukkan gejala keracunan besi ( Fe ) serta aluminium ( Al ). Di luar pulau jawa, padi gogo banyak di tanam di lahan kering predozolik merah kuning. Mpada wilayah agro ekosistem tersebut penyakit blas, keracunan Al dan kekeringan merupakan factor lingkungan yang sangat menetukan keberjasilan budidaya padi gogo. Keracunan besi bisa terjadi karena kondisi kombinasi pH rendah dengan kadar Fe yang tinggi. Unsure Fe dan Al biasanya terdapat pada kedalaman 15 – 20 cm dari permukaan tanah. Dengan pengolahan tanah konvensional yang umum dilakukan seperti saat ini, unsure – unsure tersebut menjadi muncul kepermukaan tanah. Jika ini terjadi maka tanaman padi dapat menampakkan gejala keracunan karena mangakumulasi unsure tersebut dalam jumlah berlebihan.
            Upaya peningkatan hasil padi gogo di lahan kering PMK dapat terkendala oleh keracunan Al, dan kekeriingan. Keracunan Al erat kaitannya dengan kemasaman tanah (pH ). Selain itu, tanaman yang keracunan Al akan mengalami pula kekahatan unsure hara N,P,K, Ca dan Mg sehingga pertumbuhannya menjadi kerdil dan tidak menghasilkan organ tanaman yang bernilai ekonomis. Tanaman toleran keracuna Al akan mampu mengubah pH tanah disekitar daerah perakaran sehingga unsure – unsure hara P dan K yang diperlukan dapat memenuhi ( Alluri 1986;Kamrath 1980). Pengapuran sebagai suatu usaha meliorasi yang sering digunakan hanya terbatas menetralkan keasaman lapisan tanah bagian atas saja ( kampart 1980 ; suhartini 19992). Berkaitan dengan itu, penggunaan varietas toleran keracunan Al sangat penting peranannya untuk menjaga kemantapan produksi padi di lahan PMK. Keuntungan lain dari pemanfaatan varietas toleran terhadap kemasaman tanah adalah tidak diperlukannya lagi pemberian kapur pertanian dan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk ( Lubis et al.1993 ).
Keracunan Aluminium (Al) dan penyakit blas sering dijumpai pada budidaya padi gogo di lahan kering. Keracunan Al disebabkan oleh tingginya tingkat kelarutan ion Al3+ dalam larutan tanah pada pH kurang dari 5.0 (Rout et al., 2001), sedangkan penyakit blas yang disebabkan oleh cendawan Pyricularia grisea dapat menginfeksi daun padi pada stadia vegetatif dan malai pada stadia generatif (Ou, 1985). Unsur Silikon (Si) dapat membantu tanaman untuk mengatasi berbagai cekaman biotik dan abiotik (Yukamgo dan Yuwono, 2007; Datnoff dan Rodrigues, 2005; Ma, 2005). Cekaman Al bisa berkurang jika ada Si dalam media tanam (Cocker et al., 1998). Pengurangan keracunan Al tidak hanya akibat penurunan konsentrasi Al dalam media tanam, tetapi juga karena kandungan Si dalam jaringan tanaman (Hara et al., 1999). Si dapat memulihkan hambatan pertumbuhan akar akibat keracunan Al (Ma, 2004).

C.    BERTANAM PADI GOGO DENGAN PENDEKATAN MODEL PTT.

Untuk mendukung produksi padi, Dinas Pertanian Tanaman Pangan kini mulai menggalakan penanaman padi gogo atau padi lahan kering. Pada tahun 2010 ini, Sebenarnya, pada berbagai daerah terutama di daerah perkebunan atau diperbukitan, penanaman padi gogo atau padi lahan kering sering dilakukan petani, namun karena belum tersentuh teknologi, produktifitas padi gogo masih sangat rendah, berkisar 2 - 3 ton perhektar. Padahal, diberbagai tempat di pulau jawa, yang telah menggunakan teknologi, produktifitas cukup tingginya mencapai 4 - 4, 5 ton perhektar.
Karena itu pula pada tahun 2010 , Diperta memberi sentuhan teknologi pada penanaman padi gogo. Selain memberikan tata cara budidaya padi lahan kering,

Pengolahan tanah
Pengolahan tanah padi gogo dilakukan 2 kali. Pengolahan pertama dilakukan
pada musim kemarau atau setelah terjadi hujan yang pertama. Pengolahan kedua dilakukan pada saat menjelang tanam. Pengolahan tanah kedua ini dapat dilakukan pada saat hujan sudah mulai kontinyu. Pengolahan kedua bertujuan untuk menghaluskan bongkahan dan meratakan tanah sehingga siap tanam.
Jika kondisi lahan berlereng, pada pengolahan pertama perlu pembuatan teras. Pada bibir teras diusahakan menanam tanaman penguat teras berupa rumput unggul yang secara priodik dipangkas. Sedangkan pada lahan yang terbuka relatif datar , bedengan dapat dibuat memanjang dengan lebar bedengan 5 m
Antar bedengan perlu dibuat saluran atau drainase sedalam 20 cm. Drainase ini amat penting , sebab jika hujan berkepanjangan tidak terjadi genangan yang menyebabkan kelembaban tanah menjadi tinggi sehingga merangsang munculnya jamur upas yang dapat menyerang tanaman padi gogo.

Konservasi Tanah dan Air
Karena lahan kering umumnya berbukit dan bergelombang, maka pada
 penanaman padi gogo sangat perlu dipertimbangkan aspek konservasi tanah dan air. Berdasarkan hasil penelitian, lahan kering yang dapat dibudidayakan tanamana pangan hanya pada kemiringan kurang dari 15 %. Karena itu tindakan membuat teras bangku, penerapan pola tanam yang dapat menutup tanah sepanjang tahun sangat dianjurkan.
Sementara pada lahan datar, penanaman padi gogo dapat dijadikan sebagai tanaman tumpang sari pada tanaman perkebunan atau tanaman hutan industry (HTI) muda. Batasan umum penanaman padi gogo sebagai tanaman pokok mencapai sekitar 50 % atau umur tanaman pokok 2-3 tahun , tergantung jarak tanam tanaman pokok.

Penggunaan Varietas Unggul
Varietas unggul untuk padi gogo atau padi lahan kering mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut 1) dapat menyesuaikan diri terhadap iklim dan jenis tanah setempat, 2) cita rasa nasi disenangi dan memiliki harga tinggi di pasar lokal  3) tahan terhadap serangan hama dan penyakit  4) mempunyai potensi hasil tinggi 5) tahan rebah.

Tanam
Penanaman padi gogo baru dapat dilakukan pada saat curah hujan sudah cukup stabil atau mencapai sekitar 60 mm/10 hari. Penanaman padi gogo lebih baik bila menggunakan 3 varietas yang berbedda . Tujuannya untuk mengurangi resiko terjadinya peledakan penyakit blast. Penanaman padi dengan 3 varietas juga sangat tepat dilakukan pada pertanaman padi gogo dengan sistim tumpang sari . Pada setiap lorong tanaman sebaiknya ditanam varietas padi gogo yang berbeda.
Penanaman dilakukan dengan alat bantu tugas. Benih ditanam sedalam 5 cm. Setelah benih ditanam , kemudian ditutup dan dibiarkan seperti menyimpan benih di dalam tanah. Penanaman sebaniknya menggunakan sistim tanam jajar legowo dengan jarak tanam (20 x 20) cm dengan jumlah benih 4 - 5 butir perlubang.
Bila keadaan lahan tidak datar atau sedikit berlereng, sebaiknya pengaturan barisan tanaman harus memotong lereng agar bila ada hujan yang relative tinggi dapat mengurangi terjadi aliran permukaan atau mengurangi erosi.

Pemupukan
Sama dengan padi sawah, kadar unsur hara dalam lahan kering juga sangat menentukan tumbuhnya tanaman padi gogo. Karena itu pemupukan amat penting dilakukan untuk meningkatkan unsur hara dalam tanah.
Kunci keberhasilan pengelolaan lahan kering sangat tergantung dengan kadar bahan organik di dalam. Yang penting lagi, penggunaan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Waktu pemupukan juga perlu mendapatkan perhatian khusus. Bila lahan dalam kondisi kering pemupukan tidak dapat dilakukan dan harus menunggu sampai kondisi lahan menjadi lembab. Jika dalam kondisi kering dilakukan pemupukan , maka kadar air tanah dan yang ada di jaringan tanaman akan terserap oleh pupuk yang diberikan. Kalau kondisi ini berlangsung lama akan terjadi plasmolisis dan tanaman akan layu bahkan mematikan tanaman .
Selain hal diatas hal – hal berikut juga bisa diperhatikan seperti :
• Dosis pupuk N berkisar 300-400 kg urea/ha yang diberikan 2 atau 3 kali, yaitu 1/3 bagian pada pada umur 15 hari, 1/3 bagian pada stadia anakan ( 30-40 hari setelah sebar), 1/3 bagian pada saat menjelang primordia (50-60 hari setelah sebar) atau 1/3 bagian pada stadia anakan dan 2/3 bagian pada saat menjelang primordia.
• Pupuk Fosfor (P) dan Kalium (K) diberikan pada saat tanam, dengan dosis 100-150 kg SP-36/ha dan 100 kg KCI/ha.
• Pupuk kandang dengan dosis sekitar 5 ton/ha, diberikan pada saat pengolahan tanah.

Pemeliharaan
Sama seperti pertanaman padi sawah, pertanaman padi gogo juga banyak ganguan dari tanaman dan luar tanaman itu sendiri. Kekurangan air merupakan gangguan yang paling menonjol dalam bertanam padi gogo. Karena itu perencanaan waktu tanam amat penting diperhatikan. Pola sebaran hujan perlu dicermati dan pemilihan varietas umur pendek juga harus dipertimbangkan mengingat banyak daerah yang mempunyai bulan basah berurutan yang pendek.Untuk keberhasilan pertanaman padi gogo memerlukan bulan basah yang berurutan minimal 4 bulan.
Disamping masalah kekeringan, serangan hama dan penyakit tanaman juga perlu diwaspadai. Serangan OPT bisa saja terjadi mulai dari awal bertanam sampai panen. Pada saat vegetative, hama yang sering menyerang adalah lalat bibit, penggerek batang, dan hama lundi. Pada pertumbuhan lebih lanjut hama penggerek batang dan pemakan daun juga sering menyerang. Bila tanaman sudah mulai keluar malai, hama kepik hijau dan walang sangit sering menyerang pertanaman padi gogo. Sedang penyakit yang biasa menimpa padi gogo adalah penyakit blast.
Karenanya untuk mengurangi kerugian akibat ganguan hama dan penyakit , pengendaliannya harus terencana. Varietas yang dipilih harus tahan dari serangan OPT . Untuk mengurangi serangan hama, pengawasan lebih dini akan membuat serangan hama cepat diketahui dan dikendalikan. Penyiangan pertama dilakukan 10 - 20 hari setelah tanam. Sedangkan penyiangan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 30 - 45 hari setelah tumbuh atau menjelang pemupukan urea susulan pertama.

Pengendalian Hama dan Penyakit
Beberapa hama dan penyakit utama yang menganggu pertanaman padi gogo, antara lain: blast, bercak daun, lalat bibit, tundi, wereng coklat, dan walang sangit. Penyakit blast disebabkan oleh jamur (Pyricularia oryzae), gejala serangan adalah bercak daun berbentuk belah ketupat, menyerang buku-buku dan malai, sehingga terjadi patah, batang atau busuk malai, pengendaliannya adalah sebagai berikut:
• Pemupukan berimbang, hindarkan pemupukan N yang berlebihan, pupuk K dapat 
   mengurangi keparahan serangan penyakit.
• Menanan varietas toleran
• Menggunakan fungisida

Panen dan Pasca Panen
Panen dapat dilakukan bila padi sudah melebih umur masak fisiologis atau lebih dari 95 % gabah telah menguning. Biasanya tanaman padi gogo dapat dipanen pada umur sekitar 110 sampai 130 hari tergantung varietasnya.
            Perontokan biasanya menggunaaan alat perontok, minimal pedal tresher sederhana. Diusahakan kehilangan hasi sekecil mungkin dengan cara pengumpulan batang padi segera setelah disabit, pengangkutan dan tempat penyimpanan yang baik.
kemudian Gabah disimpan pada kadar air + 12 % (bila gabah digigit terasa keras dan berbunyi) dengan menggunakan wadah yang bersih dan bersih dan bebas hama.
Untuk mendapatkan mutu giling dan rendemen beras yang baik, diusahakan: (1) gabah harus seragam dan bersih, (2) gabah yang baru dikeringkan harus diangin-anginkan agar beras tidak pecah dan (3) sebelum digiling beras yang baru disimpan harus dijemur untuk menyeragamkan kadar airnya.

KESIMPULAN

·    Padi gogo merupakan salah satu ragam budidaya padi, yaitu penanaman padi di lahan kering.pada saat ini, budidaya padi gogo tengah mendapatkan perhatian lebih dibandingkan waktu – waktu yang lalu. Hal ini erat kaitannya dengan pemberdayaan lahan kering.
·     Keracunan Aluminium (Al) dan penyakit blas sering dijumpai pada budidaya padi gogo di lahan kering. Keracunan Al disebabkan oleh tingginya tingkat kelarutan ion Al3+ dalam larutan tanah pada pH kurang dari 5.0
·     Selain itu, tanaman yang keracunan Al akan mengalami pula kekahatan unsure hara N,P,K, Ca dan Mg sehingga pertumbuhannya menjadi kerdil dan tidak menghasilkan organ tanaman yang bernilai ekonomis
·      unsur Silikon (Si) dapat membantu tanaman untuk mengatasi berbagai cekaman biotik dan abiotik. Si dapat memulihkan hambatan pertumbuhan akar akibat keracunan


DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pertanian Sumbar. 2010. Bertanam Padi Gogo dengan Pendekatan Model PTT. http://www.dipertahor-sumbar.web.id/index.html. Dikunjungi pada tanggal 16 oktober 2010 pukul 20.00 wib
E.Lubis dkk. 2007. Toleransi Galur Padi Gogo Terhadap Cekaman Abiotik. Jurnal Apresiasi hasil penelitian padi.balitpa.blogspot.
Prasetyo 2003.Bertanam Padi Gogo Tanpa Olah Tanah. Penerbit Penebar Sewadaya. Jakarta.
Suprihatno, B., et al, 2007. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. http://bbpadi.litbang.deptan.go. dikunjungi pada 16 oktober 2010 pukul 20.00 wib
Toha M. Husain, 2008. Pengembangan dan Peningkatan Produktivitas Padi Gogo melalui Inovasi Teknologi dan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu . http://bbpadi.litbang.deptan.go. Dikunjungi pada 16 oktober 2010.
Umar Hamzah. 2007. Prospek pemanfaatan lahan kering dalam rangka mendukung
Ketahanan pangan nasional. blogspot. Dikunjungi pada tanggal 16 oktober 2010 pukul 22.00 wib.

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Gogo


Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Gogo
1. Penyiapan lahan
• Pengolahan tanah dilakukan pada musim kemarau menjelang datangnya musim hujan.
• Pengolahan tanah diperlukan untuk menciptakan kondisi tumbuh yang baik. Pada tanah datar sampai kemiringan kurang dari 5%, pengolahan tanah dicangkul (bajak) 2 kali dan satu kali garu.
• Pada lahan dengan kemiringan lebih dari 15%, pengolahan tanah sederhana (minimum tillage) atau tanpa olah tanah (TOT).

2. Pemilihan varietas
• Pemilihan varietas padi gogo didasarkan pada : 1) kesesuaian terhadap lingkungan tumbuh (ketinggian dan iklim), 2) umur tanaman berkaitan dengan curah hujan dan pola tanam, 3) ketahanan hama penyakit dan 4) produktivitas.
• Pilihan varietas adalah: situ gintung, gajah mungkur, kalimutu, way rarem, jatiluhur, cirata,towuti, limboto, danau gaung, batu tegi, situ patenggang dan situ bagendit.

3. Tanam
• Penanaman dilakukan pada awal musim hujan (Oktober - November) bila terdapat 1 - 3 hari hujan berturut-turut dengan curah hujan 21 mm/minggu.
• Tanam sistim alur, lahan yang telah dipersiapkan dibuat alur sedalam 3-4 cm dengan jarak antara alur 20-25 cm. Benih disebar secara diicir, kemudian alur ditutup kembali dengan tanah.
• Sistem tanaman tugal dengan kedalaman 3-5 cm dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm, kemudian 2 - 3 butir benih dimasukkan ke dalam setiap lubang tanam dan ditutup kembali dengan tanah.
• Kebutuhan benih 30 - 50 kg/ha.
• Apabila kelembaban tanah cukup, benih sebaiknya direndam sekitar 24 jam.

4. Pemupukan
• Dosis pupuk yang diberikan disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah.
• Dosis pupuk N berkisar 300-400 kg urea/ha yang diberikan 2 atau 3 kali, yaitu 1/3 bagian pada pada umur 15 hari, 1/3 bagian pada stadia anakan ( 30-40 hari setelah sebar), 1/3 bagian pada saat menjelang primordia (50-60 hari setelah sebar) atau 1/3 bagian pada stadia anakan dan 2/3 bagian pada saat menjelang primordia.
• Pupuk Fosfor (P) dan Kalium (K) diberikan pada saat tanam, dengan dosis 100-150 kg SP-36/ha dan 100 kg KCI/ha.
• Pupuk kandang dengan dosis sekitar 5 ton/ha, diberikan pada saat pengolahan tanah.

5. Pengendalian gulma
• Penyiangan dilakukan seawal mungkin.
• Penyiangan pertama dilakukan pada umur 14-21 hari setelah sebar (HSS) dan penyiangan kedua pada umur 35-40 HSS.
• Penyiangan secara manual menggunakan cangkul atau kored, bila memungkinkan penyiangan dapat dibantu dengan penyemprotan herbisida (propanil).

6. Pengendalian Hama dan Penyakit
Beberapa hama dan penyakit utama yang menganggu pertanaman padi gogo, antara lain: blast, bercak daun, lalat bibit, tundi, wereng coklat, dan walang sangit. Penyakit blast disebabkan oleh jamur (Pyricularia oryzae), gejala serangan adalah bercak daun berbentuk belah ketupat, menyerang buku-buku dan malai, sehingga terjadi patah, batang atau busuk malai, pengendaliannya adalah sebagai berikut:
• Pemupukan berimbang, hindarkan pemupukan N yang berlebihan, pupuk K dapat mengurangi keparahan serangan penyakit.
• Menanan varietas toleran
• Menggunakan fungisida

7. Panen dan Penanganan Hasil
• Pemanenan tanaman dilakukan bila gabah telah menguning sekitar 90% atau pada umur 30-35 hari setelah berbunga tergantung varietas.
• Perontokan menggunaaan alat perontok, minimal pedal tresher sederhana. Diusahakan kehilangan hasi sekecil mungkin dengan cara pengumpulan batang padi segera setelah disabit, pengangkutan dan tempat penyimpanan yang baik.
• Gabah disimpan pada kadar air + 12 % (bila gabah digigit terasa keras dan berbunyi) dengan menggunakan wadah yang bersih dan bersih dan bebas hama.
• Untuk mendapatkan mutu giling dan rendemen beras yang baik, diusahakan: (1) gabah harus seragam dan bersih, (2) gabah yang baru dikeringkan harus diangin-anginkan agar beras tidak pecah dan (3) sebelum digiling beras yang baru disimpan harus dijemur untuk menyeragamkan kadar airnya.